Sejarah Patung Buddha Tidur di Mojokerto

Kam, 7 Mei 2020 pukul 01.47

Patung Buddha merupakan asimilasi budaya Hellenisme dari Bangsa Yunani. Pada awalnya, di ajaran agama Buddha tidak ada maksud untuk mendirikan patung. Namun setelah Bangsa Yunani masuk ke India dengan budaya Hellenisme, mereka mulai membentuk image Buddha dalam wujud patung. Karena terbukanya Jalur Sutra (Silk Road), agama dan image patung Buddha mulai tersebar ke negara-negara yang dilewatinya (termasuk Asia Tenggara dan China).

 

Akan tetapi, ketika budaya Buddha berada di masing-masing negara, image Buddha mulai bercampur dengan budaya lokal dari masing-masing menara. Hal ini dikarenakan pendirian patung bila tidak dicampur dengan budaya lokal, masyarakat tidak akan tertarik. Patung yang dulu hanya dijadikan sebagai alat pemujaan oleh golongan atau ajaran tertentu, kini bisa juga menjadi sarana media berpromosi yang tepat untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat.

 

Berbicara mengenai patung, di Indonesia memiliki beragam jenis patung. Patung-patung ini biasanya menyimpan sebuah peninggalan sejarah besar. Salah satunya yaitu Patung Buddha Tidur. Patung Buddha Tidur dibangun di dalam kompleks Maha Vihara Mojopahit. Di Indonesia, patung Buddha Tidur hanya terdapat di Mojokerto dan Bogor.

 

Menurut para pengamat, patung buddha tidur di Mojokerto merupakan patung terbesar di Indonesia. Patung ini juga menempati urutan ketiga setelah patung sejenis yang berada di Thailand dan Myanmar.

 

Ciri-Ciri Patung Buddha Tidur di Mojokerto:

- Merupakan patung yang menggambarkan Buddha Gautama.

- Memiliki panjang 22 meter, lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter.

- Dibuat menggunakan beton.

- Dibuat pada tahun 1993 oleh YM Viryanadi Maha Tera, pengrajin patung asal Trowulan.

- Seluruh bagian patung dicat warna kuning keemasan, sedangkan di bagian bawah patung terdapat relief-relief yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama, hukum karmaphala dan hukum tumimbal lahir.

- Posisi tubuh patung berbaring miring menghadap ke arah selatan dan kepala bersandar di atas bantal yang disangga menggunakan lengan kanannya.

- Di dekat patung, terdapat kolam air yang ditumbuhi tanaman teratai yang menggambarkan laut di mana abu Sang Buddha Gautama larung.

 

Patung Buddha Tidur (rupang Buddha) adalah arca yang menggambarkan Buddha Gautama tengah berbaring menghadap sisi kanan. Sementara kepala patung, bersandar di atas bantal disangga lengan kanannya. Menurut Bhiksu Nyanadhiro, “Rupang adalah replika atau gambaran dari orang-orang yang di anggap telah mencapai kesucian, seperti para Buddha dan murid-muridnya. Rupang biasanya diletakkan di meja sembahyang dan dijadikan sebagai arah untuk membaca kitab suci dalam agama Buddha. Rupang hanya berfungsi sebagai simbol untuk membantu visualisasi”.

 

Patung (rupang) Buddha Tidur dibuat dengan posisi berbaring menghadap ke arah selatan, sehingga penganut agama Buddha menganggap arah selatan adalah arah kiblat. Posisi sleeping atau reclining atau tidur ini dipercaya merupakan posisi ketika Sang Buddha Gautama meninggalkan dunia memasuki Nirwana. Menurut kesehatan, posisi tidur menghadap kanan adalah posisi terbaik untuk melindungi jantung dari posisi tertindih atau tertekan organ lainnya.

 

Sumber lain menyebutkan hal yang berbeda yakni posisi patung tengah berbaring menghadap sisi kanan ini karena Sang Buddha Gautama sedang melakukan meditasi. Hal ini juga diperjelas oleh salah satu karyawan di Maha Vihara Mojopahit, “Dibawah Rupang Sleeping Buddha, terdapat ruangan yang dimanfaatkan untuk meditasi umat Buddha” (Abadiyah, 2014).

 

Siapakah Sidharta Gautama atau Buddha Sakyamuni dan Buddha Gautama? Dia adalah seorang pangeran kerajaan India yang mendirikan Buddhisme. Buddhisme merupakan suatu ajaran filsafat religius yang tidak mengenal Tuhan. Di ajarannya, meskipun tidak mengenal Tuhan, mereka akan memberikan reward (penghargaan) bila berbuat baik kepada sesamanya dan akan memberikan sanksi tegas (hukuman) bila melakukan perbuatan jahat.

 

Patung Buddha Gautama dibuat bertujuan untuk merepresentasikan sosok Buddha yang telah tercerahkan (enlightened). Dia juga dikenal sebagai Sakyamuni yaitu orang bijak dari kaum Sakya’. Patung Buddha Gautama pertama kali dibuat pada 400-500 tahun setelah beliau Maha Parinibbana (wafat). Image Patung Buddha biasanya mirip dengan Dewa Yunani, memakai jubah, berambut ikal dan posisi berdirinya juga posisi Dewa Yunani.

 

Patung Budha Tidur (Sleeping Buddha) ini terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Lokasinya berada di tengah perkampungan yang dekat dengan desa persawahan, sehingga menjadikan suasana disana menjadi tenang dan sejuk khas pedesaan. Tempat ini sering mendapat kunjungan wisatawan, baik untuk beribadah maupun rombongan non-Buddhis, terutama hari libur sekolah yang banyak dikunjungi oleh para pelajar.

 

Pihak pengelola vihara cukup terbuka menerima kedatangan rombongan dari manapun dan akan memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan keberadaan tempat ini. Untuk menuju lokasi desa Bejijong bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum, misalnya bus karena lokasinya mudah dijangkau dan dekat dengan jalur jalan raya lintas Provinsi Jawa Timur.

 

Trowulan merupakan salah satu kecamatan kecil di Mojokerto yang memiliki situs peninggalan candi yang cukup banyak. Biasanya pengurus-pengurus vihara di Jawa Timur berinisiatif mengadakan acara-acara kerohanian di situs-situs candi, khususnya situs candi Buddha yang ada di Trowulan karena menarik para wisatawan. Situs Trowulan ini merupakan situs Kerajaan Majapahit dari masa abad XIII-XV Masehi.

 

Memasuki komplek Maha Vihara, hati akan merasa teduh dan damai. Pepohonan rindang dan suasana yang sejuk menjadikan para wisatawan sangat menyukai tempat ini. Hal ini dikarenakan lokasi komplek Maha Vihara sangat dekat dengan desa persawahan. Selain ada sejarah patung buddha tidur, di vihara ini juga terdapat bangunan-bangunan yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan, yaitu:

- Candi Tikus

- Candi Bajang Ratu

- Candi Wringin Lawang

- Candi Kedaton

- Candi Gentong

- Candi Brahu

- Candi Gentong

- Miniatur Candi Borobudur

- Patung Kera Sakti

 

Di dalam komplek juga terdapat vihara untuk sembahyang oleh umat Buddha. Di dinding belakang bangunan utama juga terdapat relief-relief besar. Relief-relief ini menceritakan Sang Buddha Gautama sedang mengamalkan ajarannya. Maha Vihara Majapahit memang difungsikan sebagai tempat ibadah umat Buddha, namun tidak ada larangan untuk pengunjung yang beragama lain memasuki vihara ini dengan syarat tidak boleh berisik. Hal ini dikarenakan para biksu dan biksuni di Maha Vihara Majapahit sangat menghargai ketenangan.

 

Terkait dengan perayaan Hari Raya Waisak, membuat perayaan Waisak di tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kegiatan bakti puja yang biasa dilakukan oleh Umat Buddha tidak bisa dilakukan seperti biasanya. Sebagai gantinya, dihimbau kepada seluruh umat Buddha agar melaksanakan kegiatan keagamaan di rumah. Sejumlah kegiatan rutin, seperti Puja Bakti dan Sekolah Minggu, diharapkan bisa dilakukan di rumah masing-masing. Atau bisa juga dengan mendengarkan podcast Buddha di aplikasi ROOV [KLIK].

 

Dalam suasana damai dan tenang ini, semoga kita semua bisa mendapatkan cahaya waisak. Selamat hari raya Waisak 2564 BE.

 

Sumber: artikel asli

Komentar

Loading