Mengulik Kisah Pasar Setan, Jalur Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Kam, 15 Mei 2025 pukul 05.06

Roovers yang suka mendaki gunung mungkin sudah tak asing dengan Gunung Lawu. Ya, gunung yang terletak di antara tiga kabupaten yakni Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur ini menjadi salah satu gunung favorit bagi pendaki untuk menikmati keindahan alam. 

Selain lantaran lanskapnya yang indah, rupanya tak sedikit pendaki mendaki gunung berapi yang tengah tertidur ini untuk merasakan sensasi pecel khas Mbok Yem warung tertinggi di pulau Jawa.

Memiliki tinggi 3.265 meter diatas permukaan laut (mdpl), Gunung Lawu juga memiliki tiga puncak yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah. Selain itu, ada beberapa jalur pendakian, namun yang paling terkenal adalah jalur Candi Cetho.

Konon banyak pendaki yang mengaku jika jalur pendakian ini sangat mistis. Sebab, ada beberapa larangan dan mitos yang ada, salah satunya adalah Pasar Setan.

Pasar Setan itu sendiri berada di sekitar Pos 5 jalur pendakian Gunung Lawu. Berdasarkan mitos yang berkembang di masyarakat, tempat ini digambarkan dengan tumpukan bebatuan. Kegiatan Pasar Setan terjadi pada malam hari, khususnya malam Jumat.

Penasaran dengan kisah mistis pasar setan gunung Lawu? Yuk, simak penjelasan berikut ini untuk mengetahuinya.

Mengulik Kisah Pasar Setan, Jalur Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Seperti diketahui, jalur Candi Cetho menjadi jalur paling cepat untuk sampai di puncak Hargo Dumilah. Hanya saja, jalur ini dikenal sebagai jalur berbahaya dengan tanjakan yang terjal dan jurang yang curam.

Jalur pendakian yang berada di kawasan Kabupaten Karanganyar ini pun juga terkenal angker. Sebab, ada beberapa tempat yang diyakini dilarang untuk bermalam, seperti kawasan Pasar Setan.

Mengutip situs Kominfo Magetan, lokasi Pasar Setan ini dekat dengan titik bulak peperangan antara pasukan Prabu Brawijaya V, yang dalam pengasingan ke Gunung Lawu, dan Adipati Cepu dari Majapahit. Peperangan ini bermula saat Raden Gugur dikejar-kejar pasukan Kadipaten Cepu.

Sementara, menurut buku Politik Kerajaan Jawa dan Hitam Putih Majapahit (1978) yang dikutip situs Kominfo Magetan, pasukan Adipati Cepu kala itu diperintah Girindrawardhana raja Majapahit yang berhasil menggulingkan kedudukan Brawijaya V. Dengan pasukan yang tersisa, sang raja melawan dibantu dengan pasukan Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo yang merupakan penggawa desa di Bagian Utara Gunung Lawu.

Saking dahsyatnya pertempuran di Bulak Peperangan itu, konon tak ada prajurit yang selamat. Hanya Raden Gugur, Wongso Menggolo, dan Dipo Menggolo yang berhasil selamat. 

Kala itu Adipati Cepu yang berhasil lolos dari maut memilih melarikan diri. Nah, lokasi bulak peperangan itu hingga kini masih sering dikunjungi para pendaki Gunung Lawu untuk literasi sejarah. Lokasinya berada di sebelah Utara dari puncak Hargo Dumilah atau berada di sebelah Pasar Dieng atau Pasar Setan.

Sedangkan mengutip situs indonesia.go.id, jalur pendakian ini dikenal sebagai jalur gaib. Pasalnya, para pendaki yang melewati padang ilalang di lereng Lawu dan berangin kencang sering mendengar suara bising layaknya sebuah pasar, hingga disebut sebagai lokasi 'Pasar Setan'.

Pasar Setan ini juga dikenal dengan Pasar Dieng. Mengutip jurnal ISI Surakarta bertajuk Perancangan Kampanye Keselamatan Pendakian Dalam Gerakan Salam Safety di Gunung Lawu Jalur Cemoro Sewu, pasar ini terletak di bawah Hargo Dalem.

Secara fisik, tempat tersebut berupa tanah lapang luas yang berisi banyak batu-batu besar dan pohon edelweis. Ada beberapa batu yang disusun secara rapi dan siapapun dilarang untuk mengubah atau mengambilnya.

Jika nekat, diyakini akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Banyak cerita mistis tentang Pasar Setan ini, seperti pendaki yang tersesat hingga hilang tak ditemukan.

Menurut penuturan warga setempat, Pasar Setan ini merupakan tempat transaksi bagi para jin dan makhluk halus penghuni Lawu. Tak sedikit bagi para pendaki yang mengalami kejadian aneh, seperti mendengar suara keramaian.

Konon jika mendengar suara bising tersebut maka diharuskan untuk melempar koin sebagai tanda berkomunikasi dan agar tidak tertimpa musibah. Maka dari itu, Pasar Setan dikenal sebagai salah satu tempat sakral di kawasan Gunung Lawu.

Bagaimana menurutmu Roovers? Sudah pernah mendaki Gunung Lawu?



 

Penulis: Asthesia Dhea Cantika