Mengenal Pesugihan Monyet yang Terkenal di Tulungagung

Sen, 5 Mei 2025 pukul 05.38

Indonesia menjadi satu negara yang masih kental akan hal mistis dan gaib hingga kini, ya Roovers. Ini dibuktikan dengan sebagian masyarakat yang masih percaya dan melakukan tradisi berhubungan dengan ilmu hitam, contohnya pesugihan.

Pesugihan sendiri adalah ilmu hitam yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kesuksesan maupun kekayaan secara instan. Ada banyak jenis pesugihan dengan ragam cara mulai dari tanpa menggunakan tumbal hingga tumbal anggota keluarga sendiri.

Salah satunya yang terkenal di daerah Tulungagung, Jawa Timur adalah pesugihan monyet. Pesugihan ini konon dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngujang, Kabupaten Tulungagung.

Di TPU tersebut, ada dua makam umum di sisi kiri dan kanan. Kedua makam tersebut saling berhadap-hadapan dan hanya dipisah jalan raya.

Dimana keduanya adalah komplek pemakaman Pecinan atau Cina, dan makam Jawa. Di sana memang dikenal menjadi tempat hidup dan berkumpulnya ribuan monyet, atau warga sekitar biasa menyebutnya lokasi Kethekan.

Kabarnya, para pelaku pesugihan monyet akan melakukan ritual hingga akan mengorbankan nyawa sebagai tumbal. Seperti pesugihan lain, pesugihan monyet juga membutuhkan tumbal darah dan nyawa makhluk hidup. 

Kemudian, setiap tahun pada tanggal 1 Suro, semua orang yang pernah mencari pesugihan di Ngujang, dimintai sumbangan tertentu untuk mengadakan ritual semacam selamatan. Mereka juga akan diundang dalam acara selamatan tersebut.

Setelah melalui berbagai rangkaian proses ritual, pelaku pesugihan monyet ini akan mendapat seekor monyet. Monyet tersebut harus dirawat selayaknya seseorang yang memelihara hewan kesayangan.

Melalui perantara monyet inilah, nantinya para pelaku pesugihan akan meraup kekayaan dengan cepat dan instan. Akan tetapi, jika ada perjanjian yang dilanggar, akibatnya nyawa pelaku pesugihan diambil oleh makhluk gaib karena dijadikan tumbal.

Dari mitos yang beredar di masyarakat Ngujang, monyet-monyet tersebut adalah jelmaan murid-murid Sunan Kalijaga yang enggan belajar. Pada zaman dahulu, dikisahkan jika para murid-murid nakal ini tak mengindahkan wejangan yang sedang disampaikan oleh Sunan Kalijaga dan justru bermain di atas pohon.

Tak hanya itu, tak sedikit pula yang yakin jika kera tersebut dilindungi hal gaib dari murid kesayangan Sunan Kalijaga, yakni Eyang Sentono Renggo yang dikenal melakukan babat alas di Ngujang. 

Monyet-monyet tersebut dianggap keramat oleh warga sekitar, sehingga warga tak berani mengusir maupun mengganggu keberadaan kera tersebut. Hingga kini masih banyak warga yang berkunjung ke pemakaman tersebut untuk melakukan pesugihan.

Itulah mengenal pesugihan monyet yang bisa saja membutuhkan tumbal nyawa. Bagaimana menurutmu Roovers?





 

Penulis: Asthesia Dhea Cantika